Sunday, November 7, 2010

Contribution to Our Nation (6) - Education (2)

Perpustakaan yang Tidak Memadai

Permasalahan pertama adalah tentang perpustakaan yang kurang dalam hal literatur (pengadaan buku-buku) dan juga pengelolaan administrasi lainnya. Pengelolaan administrasi yang dimaksud bisa berupa tidak adanya katalog pengguna, pencatatan yang masih asal-asalan, dan terbatasnya ruang penyimpanan buku. Ironisnya adalah walaupun pengelolaan administrasi ini dikategorikan buruk, terdapat komputer di perpustakaan tersebut. Alasannya sederhana, yaitu untuk memenuhi syarat akreditasi yang baru, dalam perpustakaan diperlukan pengelolaan secara elektronik.

Sungguh amat disayangkan jika ada komputer dan akses internet di dalamnya tetapi tidak bisa didayagunakan dengan baik. Sebagai mahasiswa Informatika seharusnya kita bisa banyak membantu dalam hal ini, yang paling mudah adalah dengan membuatkan sistem informasinya. Bagi mahasiswa Informatika, bukanlah hal yang terlalu sulit untuk membuatkan sistem informasi sederhana yang mencakup catalog, pencatatan administrasi (peminjaman, pengembalian, perpanjangan, denda), atau laporan administrasinya. Bisa dikatakan membuat sistem informasinya adalah “makanan” tiap semester. Kita tidak perlu secara khusus membuatkan sekolah tersebut sistem informasi, kita bisa saja menjadikan proyek semester kita seperti Basis Data Lanjutan, Sistem Informasi Perpustakaan, Teknologi Web, Pemrograman Java, Pemrograman .NET, dan banyak mata kuliah lainnya sebagai batu loncatan pembuatan sistem informasi untuk sekolah tersebut. Kita bisa membuatkan sistem informasi khusus untuk suatu sekolah tergantung dari apa yang dibutuhkan mereka, atau kita bisa membuatnya untuk umum dengan fitur-fitur dasar sehingga kita bisa mendistribusikannya dengan mudah ke semua sekolah yang membutuhkan.

Mungkin ada ketakutan kita akan sangat direpotkan ketika kita mendistribusikan sistem informasi kita dengan berbagai pertanyaan troubleshoot dan cara penggunaan. Mungkin ini yang seringkali menjadi kelemahan mahasiswa Informatika, kita pandai dalam membuat software tetapi tidak mau membuat manual penggunaan software kita. Jika manual yang kita berikan lengkap, hal ini akan memperkecil kita direpotkan setelah kita membagikan sistem informasi kita. Demikian pula kita bisa membagikan source code kita pada mereka beserta dengan penjelasannya sehingga mereka bisa mandiri dan jika ada tenaga ahli mereka bisa mengembangkannya sendiri sesuai dengan kebutuhan mereka di masa depan.

Bagi mereka mungkin masalah sistem informasi ini tidak seberapa berpengaruh karena mungkin jumlah buku-buku yang mereka miliki sangat terbatas. Jika banyak, bukan berarti ada bermacam-macam judul buku, tetapi karena satu judul buku mempunyai puluhan kopi karena ini adalah buku-buku yang disumbangkan oleh pemerintah. Di samping itu, mereka hanya mengalokasikan ruangan yang sempit untuk perpustakaan karena mereka harus mengalokasikan ruangan lain untuk kebijakan pemerintah yang baru, yaitu pengadaan laboratorium komputer yang cukup makan tempat.

Menanggapi masalah ini saya mengusulkan dibuatnya virtual library. Dengan semakin berkembangnya arus informasi, ada banyak buku baru yang diterbitkan tiap tahunnya. Di tahun 2009 saja, ada lebih dari satu juta judul buku yang diterbitkan di dunia. Tidak ada satu pun perpustakaan di dunia yang mampu menampung semua buku yang katakanlah diterbitkan pada abad ke-21 saja. Dibutuhkan tempat yang sangat besar untuk menampung semua buku tersebut. Untuk itulah ide virtual library ini muncul, salah satunya adalah untuk mempermudah akses dan membutuhkan tempat yang relative kecil karena bentuk penyimpanannya adalah berupa data elektronik.

Format yang paling banyak digunakan sekarang dalam penerbitan buku elektronik adalah PDF karena ini adalah format yang paling stabil dan baik dalam kompresinya. Saya tidak akan banyak membahas hal teknis seperti ini tetapi yang saya tawarkan di sini adalah untuk membuat virtual library berdasarkan PDF Viewer. File-file PDF disimpan di folder komputer local kemudian diakses melalui PDF Viewer ini sehingga data-data berlisensi yang tidak boleh dikopi sembarangan bisa tetap terjaga kerahasiaannya dan hanya bisa dibaca saja.

Dari apa yang saya jelaskan di atas, tampaknya tidak mudah untuk membuat sistem yang seperti itu dan butuh biaya yang mahal untuk melakukannya karena dibutuhkan seorang ahli. Di sini saya ingin berkata, percayakan saja hal ini pada mahasiswa Informatika. Saya berani berkata bahwa seorang mahasiswa Informatika yang sudah mumpuni akan dapat membuatnya dengan mudah entah itu dengan pemanfaatan template atau dengan library (bukan berarti perpustakaan tetapi istilah teknis Informatika untuk file yang tidak kita buat tetapi kita gunakan dalam penyusunan algoritma kita) atau dengan algoritma sendiri.

Jika sistem seperti ini sudah jadi, maka tugas kita selanjutnya yang dapat dilakukan oleh orang awam sekalipun adalah mengisi koleksi buku elektroniknya. Tentu saja kita tidak bisa mengisinya dengan file-file PDF “bajakan” karena itu sedikit banyak akan berdampak pada pendidikan moral siswa. Kita harus berhati-hati dalam memilih koleksi buku elektronik kita karena tidak semua buku elektronik yang dapat di-download secara gratis dari internet dapat didistribusikan secara gratis walau pada situs sharing buku seperti Scribd atau OnlineBook misalnya. Tetapi juga tidak semua buku elektronik yang memiliki label copyright tidak bisa di­-download gratis karena ada beberapa buku elektronik lama yang oleh pengarangnya memang diijinkan untuk didistribusikan walau mungkin ada beberapa syarat.

Cara yang paling mudah menghindari file-file yang tidak berlisensi adalah dengan tidak melakukan download pada situs-situs sharing karena walaupun ketika melakukan proses upload sudah diberi syarat bahwa dokumen yang dimasukkan harus berlisensi gratis, tetapi masih saja ada orang yang tidak bertanggung jawab. Lebih baik jika mencari file-file yang gratis dari situs pengarangnya ataupun penerbitnya langsung.

Kembali lagi masalah bersediakah kita meluangkan waktu kita untuk mencari dokumen-dokumen yang berlisensi daripada langsung memilih download di tempat yang tak dapat dipercaya. Ada banyak penerbit dan pengarang yang memberikan buku-bukunya secara gratis dengan beberapa syarat yang sangat mudah, seperti tidak mencetaknya dalam bentuk hard copy, atau digunakan untuk kepentingan pribadi saja tanpa memberikannya pada teman, atau boleh diambil dan disebarluaskan tetapi dengan tidak mengubah isi.

Ada banyak sekali situs-situs yang menyediakan jasa buku elektronik gratis baik dalam Bahasa Indonesia maupun bahasa asing. Berbagai kategori seperti tutorial, novel, komik gratis, buku-buku sastra, bisnis, filsafat, agama, dan sebagainya dapat Anda temukan jika Anda mau mencari. Saya ingin membagikannya di sini tetapi saya harus menahan diri karena menurut saya essay ini sudah lebih panjang dari essay standard. Saya tak bosan-bosannya mengulang hal ini, cari dan berusaha keras mencari.

No comments:

Post a Comment